Perjuangan juragan wc dalam mengubah prilaku warga dan manfaatnya

Posted on Updated on

Oleh : Budhy Pardiana

Bagi kebanyakan orang, melihat kotoran manusia  sangat menjijikan. Apalagi jika melihatnya bukan pada tempat yang sebenarnya. Hal ini sudah pasti mendatangkan berbagai macam persoalan, baik itu menimbulkan bau yang tidak sedap, mengotori lingkungan serta tidak enak dipandang mata. Nah..di Nganjuk, Jawa Timur, ada seorang petugas sanitasi lingkungan dinas kesehatan Pemkab Nganjuk, yang menjadikan kotoran manusia sebagai sumber penghasilan tambahan yang mengiurkan. Namanya Sumadi, Pria kelahiran Nganjuk tahun 1961 ini, yang sering disebut warga dengan sebutan juragan wc.

Julukan yang melekat sebagai juragan Wc ini memang pantas buat sumadi. karena hampir semua wc dirumah warga tepatnya dikecamatan Baron, merupakan buatannya sendiri. Sumadi  juga satu-satunya orang yang mengubah prilaku dari kebiasaan buruk warga saat itu. karena, dulu sebelum memiliki wc di rumahnya masing-masing, warga senantiasa buang air besar dialiran sungai. Berkat sumadi-lah warga menjadi disiplin dan peduli terhadap kebersihan lingkungan. Namun tidak mudah bagi bapak dua orang anak ini untuk mengubah semuanya dalam waktu yang singkat, Sumadi melaluinya dengan waktu yang cukup lama.

Ide membuat wc ini berawal dari kecintaannya terhadap lingkungan yang bersih. Sumadi merasa terganggu melihat sungai-sungai yang menjadi aliran irigasi dikampungnya dipenuhi dengan kotoran-kotoran manusia. Tapi dia tidak bisa protes, karena sejak dulu warga dikecamatan Baron, senantiasa buang ai besar di sungai termasuk keluarganya. Padahal jarak dari pemukiman ke sungai lumayan cukup jauh. Warga juga sudah terbiasa menahan atau menunda keinginan  buang air besar karena malas untuk pergi ke sungai.

Termotivasi oleh pekerjaanya sebagai petugas penyuluhan sanitasi lingkungan di puskesmas kecamatan baron, 12 tahun lalu dia betekad melawan arus untuk mengubah prilaku hidup tak sehat ini. Perlahan-lahan dia mulai  mensosialiasikan mengenai pentingnya hidup bersih yang sehat kepada tetangga baik itu di warung kopi, ditempat mangkal atau ditempat warga biasa berkumpul untuk bersenda gurau. ” yang paling utama sih saya ingatkan kepada mereka mengenai bahayanya menahan rasa ingin BAB. apa yang kita makan otomatis kalau tidak dibuang sampahnya didalam tubuh akan menjadi penyakit. alhamdulilah secara berangsur mereka mengikuti saran saya” urai sumadi.

Hari kehari dalam hitungan minggu, waktu ke watu dalam hitungan bulan, akhirnya Sumadi mencetuskan ide untuk membuat sebuah wc  dirumahnya. Ide tersebut akhirnya bisa terwujud. Sumadi membuat sebuah wc dengan menghabiskan dana sekitar 1,4 juta.  Pembuangan wc yang dibuat untuk buang air besar ini tidak mengalir ke sungai, tapi ke septi tenk yang dibuat persis disamping bangunan.

Sebelumnya, pembuangan Tinja ini menjadi masalah. Karena ketika tiga jamban yang berfungsi sebagai tempat penampungan ini sudah menumpuk, akhirnya harus disedot dan tentunya mengeluarkan biaya. Dan masalah inipun yang menjadi penolakan  warga dalam penawaran sumadi untuk membuat wc murah di rumah-rumah warga, padahal harga wc yang ditawarkan sudah di diskon menjadi rp 850 ribu untuk setiap wc-nya.

Sumadi sangat maklum dengan tingkat ekonomi warga yang rata-rata mengandalkan penghasilan dari buruh tani. Ia kemudian berpikir keras untuk membuat tinja dan endapannya, menjadi biogas dan pupuk.  bagi dia, ide ini sebuah pertaruhan. Dimana gagasan yang akan dibuatnya akan menghasilkan multifungsi. Fungsi 1:  mengubah prilaku warga menjadi peduli terhadap lingkungan. 2 : seluruh aliran sungai di kecamatan Baron menjadi bersih. 3 : peluang bisnis di masa depan.

Dia kemudian membuat sebuah percobaan. Tinja yang berada di septi tenk di wc rumahnya kemudian diolah menjadi sebuah pupuk untuk  tanaman brambang dilahan kecil yang merupakan miliknya sendiri, tepatnya didesa Warujayeng, kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk. Menurut Sumadi, bawang merah yang dipupuk dengan olahan endapan tinja lebih berkualitas. Untuk 1 kwintal bawang merah, setelah dikeringkan, hanya mengalami penyusutan sebanyak 3 sampai4 kg. padahal kalau tanpa pupuk, brambang yang sudah dikeringkan itu akan menyusut sekitar 40 kg. Tapi sumadi belum berani memasarkan pupuk dari hasil pengolahan tinja dan endapatannya kepasar pada umumnya. Selama ini dia hanya melakukan uji coba dilahan pertanian-pertanian warga.

Karena Tinja yang berada di septi tenk akan diambil dan dimanfaatkan oleh sumadi, Warga akhirnya setuju. Sebagian warga yang mampu, langsung meminta sumadi untuk membangunkan wc. Sementara warga yang tidak mampu hanya diam dan membisu. Menyaksikan kondisi seperti itu, Sumadi tidak patah arang. Ide brilian warga desa ini muncul lagi. dia kemudian membuat sebuah arisan yang dikelola oleh koperasi desa untuk sebuah wc. Jadi pemenang dalam arisan ini akan dibangun wc di rumahnya.  ” alhamdulilah mas, sekarang sudah berjalan sepuluh tahun.  sudah banyak wc yang saya bangun” ujar sumadi.

Tahun ke tahun perkembangan ide yang menjadi bisnis sumadi ini semakin meningkat. Apalagi ada perusahaan yang membantu mendanai wc-nisasi ini. pembangunan wc ini bukan hanya di kecamatan baron saja, melainkan di 20 kecamatan di kabupaten Nganjuk. Sampai tahun 2011 saja, sumadi sudah berhasil membangun 7000 wc diseluruh kota di provinsi jawa timur. Rencananya ditahun 2012 nanti, sumadi akan membuka pengolahan biogas dari tinja dan endapatannya di kabupaten maalang. Panen tinja dan endapan berupa pupuk dan biogas ini akan dirasakan sumadi pada tahun depan nanti.

Untuk ide dan gagasan serta kreativitasnya dalam bidang lingkungan,  pada tahun 2010 Sumadi mendapatkan penghargaan kalpataru dari presiden.  Tapi, mendapatkan penghargaan tersebut bukan sebuah prestise, juga bukan sebuah tujuan yang pantas dibanggakan. Sumadi lebih banggga berhasil mengubah prilaku warga dan menjadikan lingkungan sungai menjadi bersih.

Leave a comment